Waktu membawaku ke sebuah pantai dengan pasir yang
berwarna putih cerah dikelilingi batu – batu besar bulat yang tersusun tak beraturan
saling tumpang tindih dengan pemandangan yang membuatku terpana. Layaknya
sebuah pantai yang lengkap dengan pohon – pohon kelapa yang tinggi menjulang
dari ujung ke ujung pulau. Burung – burung camar yang terbang kian kemari
berkawanan bercanda dengan deburan ombak yang pada buih – buihnya putih seputih
kapas. Airnya yang jernih menampakkan kelucuan bintang – bintang laut yang
sembunyi pada butiran – butiran pasir setiap kali ombak menyentuh lembut pasir
tepian jemari kakiku. Sentuhan lembut air laut membuatku mendamai dalam setiap
derai – derai. Pasirnya yang hangat ketika aku injak membuatku selalu ingin
berlama disini.
Langitnya yang jingga kemerah – merahan dengan guyuran
mega warna – warni yang menari – nari di cakrawala membuatku slalu ingin
bertanya. Ku lihat kau di sebelahku, kita berdua duduk pada kursi santai
sembari menghabiskan waktu menikmati hangatnya hari kala itu. Kau di sebelahku
mencubit dengan sedikit malu – malu. Aku tahu itu kode bahwa kau ingin kita
bermain – main manja di pantai sambil tertawa berbincang perihal rasa. Kau
berlari – lari kecil ditepian sentuhan buih – buih air laut, kau sedikit
menggodaku untuk mengejarmu. Aku tahu itu, kau ingin aku mengejarmu pada
sepanjang tepian pantai yang putih bersih itu. Aku tersenyum, kau pun juga
dengan menyembunyikan senyuman manismu sembari berpaling dariku. Lalu kau mulai
berlari – lari kecil lagi. Aku mengejarmu dengan tersenyum – senyum di
belakang, senyum seperti aku berlari – lari kecil ke arah Ibuku ketika aku
memberitahukan kelulusan SMAku dahulu. Senyum bahagia yang mengejar orang
tersayangnya.
Kita berlarian sepanjang pantai hingga tiba pada satu
titik kau berhenti berlari – lari sambil tersenyum ke arahku. Aku berhenti
dengan tergopoh – gopoh sebab susah mengejarmu karna memang aku kurang
berolahraga. Kau berhenti pada satu titik yang akan selalu ku ingat dalam
hidupku. Satu titik dimana senyumanmu merekah menusuk jantungku. Satu titik
dimana tubuhmu membentuk bayangan siluet dengan rambut diberai – berai angin
senja yang lembut sehingga hampir menutupi separuh wajahmu. Di belakangmu
sempurna dengan mega warna besar merah jingga separuh bulat yang mulai terbenam
di kaki langit lengkap dengan sekawanan burung – burung camar yang terbang
membentang pada cakrawala di belakangmu. Deburan ombak dengan buih – buih yang
memantulkan cahaya mega warna – warna menyentuh lembut setiap inci jemari
kakimu. Aku terpesona. Itulah senja yang selalu kita impikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar