Senja Yang Selalu Di Impikan - Dialog Khayal

Sebuah catatan kecil tentang hidup yang semakin tidak hidup

Breaking

Senin, 20 November 2017

Senja Yang Selalu Di Impikan

Waktu membawaku ke sebuah pantai dengan pasir yang berwarna putih cerah dikelilingi batu – batu besar bulat yang tersusun tak beraturan saling tumpang tindih dengan pemandangan yang membuatku terpana. Layaknya sebuah pantai yang lengkap dengan pohon – pohon kelapa yang tinggi menjulang dari ujung ke ujung pulau. Burung – burung camar yang terbang kian kemari berkawanan bercanda dengan deburan ombak yang pada buih – buihnya putih seputih kapas. Airnya yang jernih menampakkan kelucuan bintang – bintang laut yang sembunyi pada butiran – butiran pasir setiap kali ombak menyentuh lembut pasir tepian jemari kakiku. Sentuhan lembut air laut membuatku mendamai dalam setiap derai – derai. Pasirnya yang hangat ketika aku injak membuatku selalu ingin berlama disini.
Langitnya yang jingga kemerah – merahan dengan guyuran mega warna – warni yang menari – nari di cakrawala membuatku slalu ingin bertanya. Ku lihat kau di sebelahku, kita berdua duduk pada kursi santai sembari menghabiskan waktu menikmati hangatnya hari kala itu. Kau di sebelahku mencubit dengan sedikit malu – malu. Aku tahu itu kode bahwa kau ingin kita bermain – main manja di pantai sambil tertawa berbincang perihal rasa. Kau berlari – lari kecil ditepian sentuhan buih – buih air laut, kau sedikit menggodaku untuk mengejarmu. Aku tahu itu, kau ingin aku mengejarmu pada sepanjang tepian pantai yang putih bersih itu. Aku tersenyum, kau pun juga dengan menyembunyikan senyuman manismu sembari berpaling dariku. Lalu kau mulai berlari – lari kecil lagi. Aku mengejarmu dengan tersenyum – senyum di belakang, senyum seperti aku berlari – lari kecil ke arah Ibuku ketika aku memberitahukan kelulusan SMAku dahulu. Senyum bahagia yang mengejar orang tersayangnya. 

Kita berlarian sepanjang pantai hingga tiba pada satu titik kau berhenti berlari – lari sambil tersenyum ke arahku. Aku berhenti dengan tergopoh – gopoh sebab susah mengejarmu karna memang aku kurang berolahraga. Kau berhenti pada satu titik yang akan selalu ku ingat dalam hidupku. Satu titik dimana senyumanmu merekah menusuk jantungku. Satu titik dimana tubuhmu membentuk bayangan siluet dengan rambut diberai – berai angin senja yang lembut sehingga hampir menutupi separuh wajahmu. Di belakangmu sempurna dengan mega warna besar merah jingga separuh bulat yang mulai terbenam di kaki langit lengkap dengan sekawanan burung – burung camar yang terbang membentang pada cakrawala di belakangmu. Deburan ombak dengan buih – buih yang memantulkan cahaya mega warna – warna menyentuh lembut setiap inci jemari kakimu. Aku terpesona. Itulah senja yang selalu kita impikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar