Pagi ini terlihat begitu
cerah, matahari bersinar sehangat kopi yang ku seduh pagi ini. Sejenak aku
melihat langit dan ku pandangi bebasnya burung terbang kian kemari, ku rasakan
kedamaian singkat pagi ini. Nona, ku rasa hidup akan menenangkan jika kau
menikmatinya, semenyenangkan aku menikmati kopiku pagi ini, pikirku. Tak lupa,
lantunan musik merdu nan meneduhkan yang selalu ku dengarkan setiap pagi,
membawaku kembali kepada nikmatnya satu kata, merindu, ku sebut demikian. Bagaimana aku tidak akan merindu? Jika
menjelang tidur selalu dihantui bayangan indah senyummu nona. Senyum sumringah
yang selalu berhasil membuat beribu pertanyaan di dalam ubunku. Tak ku temui
sedikitpun jawaban atas pertanyaan itu, sampai saat ini. Nona, kau dan musik,
adalah dua hal yang selalu beriringan. Musik takkan menghampiriku jika tidak
membawa serta dirimu nona, begitupun sebaliknya, kau datang dengan lantunan
musik indah dalam gendang telingaku.
Pernah aku benar
merindukanmu nona, dan kurasa kala itu imajinasiku mulai menggila. Kenapa
demikian?, pikirmu nona. Ya, kala itu kau mampu membuatku melontarkan imajinasi
dalam susunan kata tidak beraturan yang ku sebut, puisi. Demikian halnya
tercipta sebab musik, imajinasi, dan kerinduan akanmu mengerjaiku sedemikian
rupa kala itu nonaku. Oh tentu saja, aku ingin membacakan dengan lantang
dihadapanmu hasil kegilaan imajinasiku. Coba kau dengarkan nonaku.
Selasa, 28
Februari 2017
02.14 WIB
“Akhir Februari”
Ingin ku
layangkan khayalku kembali
Pada kedua bola
mata indah berseri
Mata yang
menghanyutkan penasaran menanti
Hingga datang
kerinduan menikmati
Terbawa dalam
indahnya imajinasi
Lalu hanyut
dalam sendiri
Ahh sudahlah!
Terlalu indah
mengalah
02.23 WIB
“Kamu”
Kala ini,
Ingin ku
ceritakan sedikit cinta
Tentang riuhnya
malam di kala dulu
Tentang sesaknya
khayalan menjamu
Tentang indahnya
bola matamu
Menjelma menjadi
satu
Kamu
Minggu, 19 Maret
2017
01.38 WIB
Malam ini, aku
tak bisa tidur nona
Kerinduan ini
pada wajahmu semakin menjadi-jadi,
Aku babak belur
sekarang
Memikirkanmu
sekarang adalah penyesalan yang mengutukku
Andai saja waktu
itu aku tak melepaskanmu nona,
Kurasa takkan
ada malam seperti layaknya sekarang
Aku menikmati
waktu itu nona, waktu yang kulalui dalam kekesalan
Sejujurnya aku
bahagia
01.51 WIB
Nona, namamu
menggema dalam pucuk kerinduanku malam ini
Menghalau kantuk
yang sudah ku tunggu dari tadi, mengacaukan pikiranku akan riakmu
Aku rindu nona,
sangat
Atau ku sebut
namamu biar makin rindulah aku sekarang
Sekarang aku
bertanya, apakah Tuhan masih memberikanku waktu untuk melihatmu lagi?
Apakah adanya
kesempatan nantinya?
Aku ingin
bertanya pada hatimu esok
Menatap mata
indahmu dari dekat, oh rindu
Sabtu, 8 April
2017
23.36 WIB
Malam ini, ku
temui butir-butir kerinduan yang ku sematkan di antara bintang-bintang
Pikiranku mengajak
kembali menyusuri lorong-lorong waktu ke sana
Kamu, di tempat
kamu berada, nonaku
Satu tahta
tertinggi yang ku ingkari waktu itu
Menyusutkanku
dalam hamparan penyesalan
Pernah ku coba
layangkan mata jauh dari tatapmu
Menuju ruang
penglupaan, untuk sementara
Sekarang, mari
kita kembali, pikiranku mengajak
Melayanglah aku
dari lorong waktu menuju kenyataan
Disambut
indahnya kerinduan akan tentangmu nona
Malam, angin,
bintang, rembulan
Mereka
bekerjasama mengerjaiku malam ini,
Menghembuskan kecemburuan
yang membawa kerinduan di ubunku
Oh cinta, sayang
dikau terlalu cepat meninggalkan perihal aku
Ahh malam, ingin
aku berbincang padanya malam ini
Dan nanti
diakhiri dengan lagu jelek menuju mimpinya
Malu sekali hatiku sekarang
nona, memerah wajah jelekku saat ini, ku rasa. Meski demikian, aku benar
merindu segala perihal dikau nonaku. Tak sekalipun aku memikirkan halnya orang
lain, kerinduanku saat ini hanya milikmu nonaku, dan sajakku, semuanya menggema
tentangmu.
“Bro!”, suara teriakan itu
menghentakkanku, menyusutkan pandanganku dan menyeretku kembali ke depan rumah
kumuh yang ku sebut kos. Ku lihat tanganku memegang secangkir kopi, masih
hangat, ada bekas diminum pada pinggirannya. Telingaku disumbat kabel yang
mengeluarkan bunyi, mereka sebut handsfree,
yang sedari tadi kusisipkan di daun telingaku. Ah! Ku rasa, aku melamun lagi.
“Bro, ayo ke kampus, udah
jam berapa ni”, ucap pria yang memanggilku tadi.
“Oke bro, tunggu sebentar”,
balasku.
Aku membereskan perkakas
lamunan perihal dikau dan memasuki rumah di belakang tempat duduk.
“Nanti kita sambung lagi
nona”, gumamku dalam hati. Aku melangkah sambil bernyanyi sendu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar